Jajan Pasar Surabaya - Blauran |
Zaman boleh berganti. Globalisasi silakan saja membawa produk mancanegara. Tetapi, yang namanya jajan pasar tidak akan goyah. Tetap menjadi makanan “primadona” warga metropolis Surabaya. Bahkan, banyak festival makanan tradisional, termasuk jajanan pasar juga banyak diselenggarakan di hotel-hotel berbintang. Bulan ini, hotel-hotel berbintang di Surabaya juga menggelar aneka makanan tradisional.
Salah satu sentra jajanan pasar di Surabaya adalah Pasar Blauran. Di pasar tradisional ini, berbagai jajanan pasar digelar dengan harga mulai dari Rp 500. Umumnya, para penjual adalah mereka yang meneruskan usaha ayah atau ibunya. Seperti Titik yang sudah berjualan kue di Pasar Blauran sejak tahun 1984. Menurutnya, untuk kue-kue basah, omzetnya bisa mencapai Rp 1 juta per hari. “Itu kotornya,” katanya.
Berbeda dengan saat ibunya mulai berjualan di pasar itu, kini tidak ada kue yang dibuatnya sendiri. Menurutnya, walau untung lebih kecil, ia tidak perlu menanggung risiko. “Semuanya beli, ada yang di Kenjeran, Genteng, atau Pasar Atom,” katanya.
Umumnya, kue-kue basah yang paling laku adalah nagasari, lemper, dan lumpia. Pembeli yang biasanya terdiri dari ibu rumah tangga itu membeli mulai dari lima hingga belasan biji. “Apalagi kalau ada acara,” kata Titik.
Beberapa jenis kue tradisional seperti jenang jubung dari Gresik yang berharga Rp 3.000 per lima biji, getuk pisang dari Kediri seharga Rp 1.500 diletakkan di atas meja di tengah gang di Pasar Blauran. Ada juga kelepon dengan harga Rp 1.000 yang diletakkan berdampingan dengan pizza, makanan asal Italia. Sementara, pudak yang asli Gresik juga digantung berderet dengan biskuit ringan seperti oreo.
Bosan
Para pembeli biasanya mulai ramai pukul 17.00. Menurut Titik, ia biasa men-diskonharga kue-kue basah itu hingga 50 persen setelah lewat jam delapan malam. Pada saat itulah, orang biasa ramai membeli kue-kue basah itu.
“Sudah bosan makan roti atau kue supermarket. Di tempat saya, makanan begitu tidak dilirik lagi,” ujar Ny Bambang, warga Jalan Opak. Wanita setengah baya itu sedang mengambil pesanan jajanan pasarnya di Pasar Blauran, Surabaya.
“Kami masing-masing punya pelanggan. Mereka biasa membeli untuk acara-acara tertentu,” ujar Sri Wilujeng (49) salah satu pedagang jajanan pasar. Biasanya, untuk arisan, selamatan, ulang tahun, Lebaran, dan Perayaan Tujuh Belasan.
Beberapa pedagang di Pasar Blauran memilih jajanan pasar untuk dijual karena melihat banyak orang mencari jajanan pasar. Seperti diungkapkan Endarwati. Menurut pengakuannya, juragannya telah sebelas tahun berjualan jajanan pasar di Pasar Blauran.
Meski makanan ala Barat mulai merambah Indonesia, seperti franchise, roti, kue tart, dan lain-lain, namun jajanan pasar masih mampu bertahan. Di event-event internasional, jajanan pasar juga pernah digelar, di antaranya pada pertemuan Ecosoc di Markas Besar PBB sekitar tahun 2000.
Jajan pasar yang dijual, selain kue-kue basah, juga ada kerupuk. Di antaranya kerupuk ceker ayam seharga Rp 80.000 per kilogram dan kerupuk kulit ikan kakap seharga Rp 60.000 per kilogram. Tokonya saat ini digabung dengan toko kaset. Namun, jika hari raya tiba, kaset-kaset itu harus menyingkir. “Semua diisi kue, enggak ada tempat lagi,” kata Titik. (ind/edn) diambil dari Harian Kompas Sabtu, 18 Agustus 2001
0 komentar:
Posting Komentar